Tragedi Raya dan Tren Obat Cacing: Saat Gen Z Panik karena Parasit

https://nutrimax.co.id/storage/img/article/tragedi-raya-dan-tren-obat-cacing-saat-gen-z-panik-karena-parasit.jpg

Kematian seorang balita di Sukabumi bernama Raya menggemparkan publik Indonesia. Bocah perempuan ini meninggal dunia setelah dirawat selama sembilan hari di ruang PICU RSUD R Syamsudin SH. Dokter menemukan lebih dari satu kilogram cacing gelang (Ascaris lumbricoides) di tubuhnya, bahkan sempat keluar dari hidung. Kisah tragis ini menjadi viral dan memunculkan tren tak terduga: anak-anak muda, khususnya Gen Z, beramai-ramai mengonsumsi obat cacing.

Namun, apakah benar Raya meninggal karena cacingan?

Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, penyebab utama kematian Raya adalah infeksi berat (sepsis), bukan cacingan itu sendiri. Ia diduga telah menderita batuk berkepanjangan selama berbulan-bulan, yang mengarah pada infeksi seperti meningitis atau TBC. Cacingan yang parah memperburuk kondisi fisik dan nutrisinya, tetapi bukan faktor tunggal penyebab kematian.

Kondisi rumah Raya memperjelas persoalan lain yaitu buruknya sanitasi dan akses kesehatan. Ia tinggal di rumah panggung dengan kolong penuh kotoran ayam, tanpa air bersih atau toilet layak. Mirisnya, ia tidak memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) sehingga tidak terdaftar dalam program JKN/BPJS. Hal ini menghambat aksesnya ke layanan kesehatan dasar.

Apa Itu Cacingan dan Mengapa Bisa Mematikan?

Cacing gelang adalah parasit usus yang menyebar lewat tanah tercemar feses manusia. Telurnya masuk ke tubuh melalui makanan/minuman yang tidak higienis atau tangan kotor. Di dalam tubuh, telur menetas, larva menyebar ke organ seperti paru-paru, lalu kembali ke usus dan tumbuh dewasa. Infeksi ini bisa menyebabkan malnutrisi, anemia, dan gangguan tumbuh kembang,terutama pada anak-anak .

Pada kasus ekstrem, seperti Raya, infeksi bisa begitu masif hingga menyebabkan komplikasi serius, apalagi bila disertai penyakit lain dan lingkungan tidak mendukung pemulihan.

Gen Z dan Obat Cacing: Tren Baru, Risiko Lama

Usai kasus ini viral, banyak Gen Z, terutama lewat TikTok dan Instagram, beramai-ramai membeli dan mengonsumsi obat cacing. Di beberapa kota, seperti Pontianak dan Yogyakarta, apotek melaporkan lonjakan pembelian obat cacing oleh remaja dan dewasa muda.

Fenomena ini menunjukkan kesadaran baru, tetapi juga kepanikan massal. Dokter mengingatkan bahwa penggunaan sembarangan bisa menimbulkan resistensi dan efek samping. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan pemberian obat cacing dilakukan tiap 6 bulan. 

Sumber:
Antara News. 2025. Menkes Tegaskan Balita di Sukabumi Meninggal Karena Infeksi - Link

Kumparam. 2025. Usai Viral Anak Meninggal karena Cacingan, Gen Z di Pontianak Borong Obat Cacing - Link

WHO. 2023. Soil-Transmitted Helminth Infections - Link

Loading...
Please wait ...
whatsapp